Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor barang menggunakan moda transportasi udara tumbuh 8,5% menjadi US$ 11,06 miliar pada 2020 dibanding tahun sebelumnya. Dari nilai tersebut, sekitar 83% ekspor tersebut melalui Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Nilai ekspor yang menggunakan moda transportasi udara dari Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Hasanuddin Makassar, dan Bandara Sam Ratulangi Manado berhasil mencatatkan pertumbuhan di masa pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Rinciannya, nilai ekspor dari Bandara Soekarno-Hatta tumbuh 30,62% menjadi US$ 9,22 miliar sepanjang 2020 dari tahun sebelumnya. Kemudian dari Bandara Hasanuddin meningkat 28% menjadi US$ 3,2 juta dan dari Bandara Sam Ratulangi tumbuh tipis 3,7% menjadi 2,8 juta.
Sementara nilai ekspor dari bandara lainnya mengalami penurunan. Seperti nilai ekspor dari Bandara Juanda Surabaya menyusut 36,75% menjadi US$ 1,66 miliar pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya. Kemudian ekspor dari Bandara Ngurah Rai Bali menyusut 62,8% menjadi US$ 123,2 juta, dari Bandara Kuala Namu Medan turun 52% menjadi US$ 43,3 juta.
Ekspor dari Bandara Achmad Yani Semarang turun 65,48% menjadi US$ 2,9 juta pada 2020, dari Bandara Hang Nadim Batam turun 27,59% menjadi US$ 2,1 juta, dan dari Bandara Sepinggan turun 37,93% menjadi hanya US$ 1,8 juta. Bahkan nilai ekspor dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta anjlok 85,59% menjadi tinggal US$ 1,6 juta sepanjang 2020 dari tahun sebelumnya dan dari bandara lainnya juga menyusut hingga 97,9% menjadi hanya US$ 1,3 juta.
(Baca: 92,06% Ekspor Nasional Diangkut Menggunakan Transportasi Laut)
Pembatasan kegiatan masyarakat secara global guna mengendalikan penyebaran virus Covid-19 telah menggerus potensi ekspor nasional. Total nilai ekspor Indonesia turun 2,6% menjadi US$ 163,2 miliar pada 2020 dibanding US$ 167,68 miliar pada tahun sebelumnya.