Ratusan negara termasuk Indonesia telah berkomitmen untuk mengendalikan laju pemanasan global, salah satunya dengan mengurangi emisi dari pembakaran energi fosil.
Untuk memenuhi komitmen tersebut pemerintah Indonesia berencana mengurangi penggunaan energi fosil, sambil menambah porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah menargetkan bauran EBT bisa mencapai minimal 23% pada 2025. Kemudian porsi minyak bumi 25%, batu bara 30%, dan gas bumi 22%.
(Baca: Bauran EBT Indonesia Naik pada 2023, tapi Tak Capai Target)
Namun, berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sampai akhir 2023 realisasi bauran EBT baru mencapai kisaran 13%, tak berhasil mencapai target tahun tersebut yang sasarannya 17%.
Hal serupa terjadi pada 2024 di mana bauran EBT tak berhasil mencapai target 19%, serta masih sangat jauh dari target 23% tahun 2025.
"Jadi capaian EBT kita kemarin [tahun 2023] 13,9%, sekarang [tahun 2024] 14,1%. Target bauran EBT yang tercapai sudah tambah 1%," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, disiarkan Katadata (16/1/2025).
(Baca: Potensi Energi Terbarukan RI Besar, Baru Dimanfaatkan 0,3%)