Menurut laporan Kementerian ESDM, batu bara dan minyak bumi masih mendominasi bauran energi Indonesia.
Pada 2023, bauran batu bara dalam energi primer nasional mencapai 40,46%, dan minyak bumi 30,18%.
Sementara bauran gas bumi 16,28%, dan energi baru terbarukan (EBT) paling kecil, yakni 13,09%.
Kementerian ESDM mencatat, bauran EBT sebenarnya ditargetkan naik menjadi 17,9% pada 2023. Namun, target ini belum berhasil tercapai.
"Peningkatan (bauran EBT) ada, tapi belum signifikan," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).
"Perlu upaya keras untuk bisa mendekati target capaian (bauran EBT). Tahun 2025 itu kita targetkan 23% bauran EBT," kata Arifin.
(Baca: Investasi di Sektor Energi Terbarukan Masih Minim sampai 2022)
Kementerian ESDM juga menyatakan telah menyiapkan strategi untuk menaikkan bauran EBT, yaitu:
- Pelaksanaan pembangunan pembangkit EBT dengan target 10,6 gigawatt (GW) pada 2025;
- Implementasi program PLTS Atap, dengan target 3,6 GW pada 2025;
- Konversi pembangkit diesel ke EBT;
- Program mandatori B35, dengan target 13,9 juta kiloliter pada 2025;
- Program co-firing biomassa pada PLTU, dengan target 10,2 juta ton pada 2025;
- Penyediaan akses EBT di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T);
- Eksplorasi energi panas bumi; dan
- Pemanfaatan EBT off-grid dan langsung.
"Roadmap (EBT) sudah ada, tapi pelaksanaannya belum seperti yang kita harapkan," kata Arifin.
(Baca: Skenario Investasi Transisi Energi JETP, Terbesar untuk Panas Bumi)