Pemerintah Indonesia berencana melakukan transisi energi, yakni beralih dari energi berbasis bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Namun, transisi energi itu membutuhkan dana investasi minimal US$67,4 miliar atau sekitar Rp1.057,6 triliun (asumsi kurs Rp15.691 per US$).
Hal ini tercatat dalam dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) yang dirilis Sekretariat JETP Indonesia pada 1 November 2023.
JETP atau Just Energy Transition Partnership adalah program kerja sama pembiayaan internasional untuk mendorong transisi energi di negara-negara berkembang.
Pada 2022, Indonesia mendapat komitmen pembiayaan JETP dengan nilai total US$20 miliar. Pemerintah Indonesia pun membentuk Sekretariat JETP yang bertugas merencanakan dan mengoordinasikan pelaksanaan komitmen tersebut.
(Baca: Rencana Pembiayaan JETP Indonesia, Mayoritas Berupa Utang)
Pada November 2023, Sekretariat JETP merilis dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) yang berisi rencana pelaksanaan JETP di Indonesia, salah satunya terkait kebutuhan investasi untuk proyek transisi energi.
"Dari sekitar 1.000 proyek yang menjadi fokus investasi pemerintah Indonesia, lebih dari 400 proyek telah diidentifikasi sebagai proyek prioritas JETP yang memerlukan investasi minimal US$67,4 miliar," kata Sekretariat JETP dalam dokumen tersebut.
Ratusan proyek prioritas JETP itu kemudian dikelompokkan ke dalam 7 kategori, yakni:
- Pembangunan jaringan transmisi listrik;
- Persiapan pensiun dini dan penghentian PLTU secara bertahap;
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP);
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga air/mikrohidro (PLTA/PLTM);
- Pembangunan pembangkit listrik berbasis bioenergi (bahan bakar nabati, biogas, biomassa, dan sampah);
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS); dan
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB).
Dari seluruh kategori tersebut, kebutuhan investasi terbesar dialokasikan untuk pengembangan energi panas bumi (PLTP), yakni sekitar US$22,5 miliar.
Alokasi terbesar berikutnya masuk ke pengembangan energi air (PLTA/PLTM) dengan nilai US$22,3 miliar.
Sementara, kebutuhan investasi untuk bidang prioritas lain nilainya lebih kecil seperti terlihat pada grafik di atas.
Dengan berbagai proyek itu, Sekretariat JETP Indonesia menargetkan bisa mencapai hal-hal berikut:
- Total emisi dari sektor jaringan energi tidak melebihi 250 juta ton CO2 pada 2030;
- Pangsa pembangkitan energi terbarukan mencapai 44% pada 2030; dan
- Indonesia mencapai net-zero emission di sektor energi pada tahun 2050.
Adapun seluruh rencana yang tertuang dalam CIPP ini masih berstatus draf dan belum punya kekuatan hukum mengikat.
"Kami membuka draf rencana investasi JETP dengan harapan dapat menjaring masukan sebanyak-banyaknya dari semua unsur dan lapisan masyarakat," kata Kepala Sekretariat JETP Indonesia, Edo Mahendra, dalam siaran persnya, Rabu (1/11/2023).
(Baca: Skenario JETP: Pensiun Dini PLTU Batu Bara Mulai 2035)