Credit Suisse dan UBS, dua bank besar asal Swiss, menyatakan kesepakatan merger pada Minggu (19/3/2023).
UBS akan membeli seluruh saham Credit Suisse dengan harga CHF 3 miliar atau sekitar Rp49,6 triliun (kurs Rp16.535 per CHF).
"Jika memungkinkan, proses merger diharapkan akan selesai pada akhir 2023," kata manajemen Credit Suisse dalam siaran persnya, Minggu (19/3/2023).
Kesepakatan merger ini diumumkan setelah keuangan Credit Suisse memburuk.
Menurut laporan tahunannya, pada 2021 dana kelolaan atau assets under management (AUM) Credit Suisse masih sebesar CHF 1,6 triliun. Namun, pada akhir 2022 nilainya merosot menjadi CHF 1,29 triliun.
Artinya, selama periode 2021-2022 nilai dana kelolaan Credit Suisse sudah berkurang CHF 320,4 miliar atau sekitar Rp5.297,8 triliun.
AUM adalah nilai pasar dari seluruh aset investor yang dikelola lembaga keuangan. Nilai AUM yang tinggi menunjukkan bahwa suatu lembaga keuangan dipercaya oleh banyak investor, dan begitu pula sebaliknya.
Adapun pada 2022 nilai AUM Credit Suisse anjlok karena banyak investor menarik dananya dari bank tersebut.
"Sejak awal kuartal keempat 2022 Credit Suisse mengalami penarikan dana yang jauh lebih tinggi dari masuknya deposito tunai, tidak diperpanjangnya deposito berjangka yang jatuh tempo, serta keluarnya arus modal neto (net assets outflows) yang besar," kata manajemen Credit Suisse dalam laporannya (14/3/2023).
"Turunnya dana kelolaan ini diperkirakan akan mengarah pada turunnya pendapatan bunga bersih, serta berkurangnya komisi untuk grup perusahaan," lanjutnya.
Berkurangnya nilai AUM juga menjadi indikator melemahnya likuiditas Credit Suisse.
"Posisi likuiditas kami bisa terpengaruh. Kami mungkin tidak dapat memenuhi penarikan dana sesuai permintaan, atau mendanai pinjaman, investasi, dan bisnis baru," kata mereka.
(Baca: Sebelum Merger dengan UBS, Bank Credit Suisse Rugi Rp120 Triliun)