Peristiwa konflik global, khususnya yang mewujud dalam ledakan dan perang, meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini diungkapkan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam laporan SIPRI Yearbook 2025.
Menurut laporan tersebut, sepanjang tahun 2022 ada sekitar 54,2 ribu peristiwa ledakan di seluruh dunia.
Kemudian kejadiannya bertambah hingga muncul sekitar 98,2 ribu peristiwa ledakan pada 2024.
SIPRI mendefinisikan "peristiwa ledakan" sebagai insiden di mana satu pihak menyerang pihak lain menggunakan alat peledak atau senjata jarak jauh dengan daya rusak masif, seperti bom, granat, artileri, rudal, pesawat nirawak, bom bunuh diri, dan sebagainya.
(Baca: Banyak Konflik, Penjualan Senjata Global Meningkat pada 2023)
Selain ledakan, SIPRI juga mencatat ada peningkatan kejadian perang.
Pada 2022, ada sekitar 37,2 ribu peristiwa perang di seluruh dunia. Lalu kejadiannya bertambah hingga muncul sekitar 52,5 ribu peristiwa perang pada 2024.
SIPRI mendefinisikan "peristiwa perang" sebagai aksi kekerasan antara dua kelompok bersenjata yang terorganisasi, mencakup bentrokan pasukan militer antar-negara, negara dengan kelompok non-negara, serta pertempuran kelompok non-negara.
"Lanskap konflik bersenjata global terus memburuk sampai 2024, dengan kekerasan berskala besar terjadi di berbagai wilayah," kata SIPRI dalam laporannya.
"Ada semakin banyak orang yang tewas dalam konflik bersenjata, dipaksa meninggalkan rumah, atau membutuhkan bantuan kemanusiaan. Di banyak medan perang, upaya perdamaian terhenti atau tidak ada sama sekali," katanya.
Menurut SIPRI, konflik global memiliki akar masalah yang sangat beragam dan sulit digeneralisasi. Namun, setiap konflik ini terkait dengan industri senjata dan sumber pendanaan tertentu.
"Kekerasan bersenjata membutuhkan sumber daya berupa senjata dan uang untuk belanja militer. Sumber daya ini biasanya berasal dari perpajakan, ekonomi gelap (seperti perdagangan manusia dan narkoba), serta sponsor eksternal (seperti pendanaan dari negara asing atau transfer senjata internasional)," kata SIPRI.
"Kontur perang Rusia–Ukraina, misalnya, telah dibentuk oleh industri militer, tidak hanya dari pihak-pihak yang berkonflik, tetapi juga dari sekutu dan pendukung mereka," lanjutnya.
(Baca: 10 Negara Eksportir Senjata Terbesar di Dunia)