Bukan Nikel, Ini Mineral yang Paling Banyak Dibutuhkan Industri Kendaraan Listrik

Pertambangan
1
Adi Ahdiat 31/07/2023 19:40 WIB
Volume Permintaan Mineral untuk Industri Kendaraan Listrik Global (2022)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Industri kendaraan listrik membutuhkan berbagai komoditas mineral kritis (critical minerals) untuk produksi baterai dan berbagai komponennya.

Menurut International Energy Agency (IEA), mineral yang paling banyak dibutuhkan industri kendaraan listrik adalah grafit.

IEA memperkirakan, volume permintaan (demand) grafit untuk produksi kendaraan listrik global mencapai 557,2 ribu ton pada 2022.

Komoditas mineral dengan permintaan terbesar berikutnya adalah tembaga, nikel, mangan, litium, dan kobalt.

Sementara permintaan mineral jenis lainnya, seperti silikon, neodimium, praseodimium, disprosium, dan terbium jauh lebih sedikit, seperti terlihat pada grafik.

(Baca: IEA: Energi Surya Dominasi Pembangkit Listrik Global pada 2030)

Jika semua permintaan itu digabung, sepanjang 2022 industri kendaraan listrik global diperkirakan menggunakan mineral kritis sebanyak 1,47 juta ton.

Permintaan komoditas mineral diprediksi akan semakin membesar di masa mendatang, seiring dengan tren penggunaan kendaraan listrik dan teknologi bersih yang juga diramal menguat.

Menurut proyeksi IEA, volume permintaan grafit, tembaga, dan litium bisa meningkat minimal 2-3 kali lipat, kemudian permintaan nikel bisa naik minimal 1,5 kali lipat pada 2030 dibanding posisi saat ini.

Pertumbuhan permintaan itu diproyeksikan datang dari industri kendaraan listrik, baterai energi terbarukan, serta pembangkit listrik rendah emisi.

IEA pun menilai hal ini akan mengundang semakin banyak aliran investasi di sektor pertambangan dan pengolahan mineral.

"Berdasarkan analisis kami terhadap aliran investasi di 20 perusahaan tambang besar dunia, ada peningkatan kuat dalam belanja modal untuk mineral penting, didorong oleh momentum pengembangan energi bersih," kata IEA dalam Critical Minerals Market Review 2023.

"Perusahaan di sektor litium meningkatkan belanja modal hingga 50%, diikuti perusahaan tembaga dan nikel. Perusahaan yang berbasis di Tiongkok bahkan menggandakan investasi mereka pada 2022," lanjutnya.

(Baca: Indonesia Butuh Investasi Rp4,7 Kuadriliun untuk Transisi Energi)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua