Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor minyak dan gas (migas) Indonesia pada November 2022 mencapai US$1,14 miliar, turun 11,85% dibanding bulan sebelumnya.
Kemudian nilai impor migas Indonesia pada November 2022 mencapai US$2,8 miliar, turun juga 16,64% dibanding bulan sebelumnya.
Alhasil, defisit neraca perdagangan migas nasional menjadi US$1,67 miliar pada November 2022, menyusut 19,62% dari bulan sebelumnya. Angka defisit ini menjadi yang terendah dalam 10 bulan terakhir seperti terlihat pada grafik.
Secara kumulatif, sepanjang periode Januari-November 2022 nilai ekspor migas nasional tumbuh 30,31% menjadi US$14,57 miliar. Demikian pula nilai impornya melonjak 68% menjadi US$37,21 miliar. Dengan begitu, pada periode 11 bulan ini defisit neraca perdagangan migas nasional mencapai US$22,64 miliar.
Besarnya defisit neraca perdagangan migas Indonesia salah satunya dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia yang sempat menembus di atas US$100/barel, imbas dari invasi Rusia ke Ukraina.
Adapun nilai ekspor nonmigas sepanjang Januari- November 2022 mencapai US$253,61 miliar, sementara nilai impor nonmigas hanya US$217,56 miliar. Indonesia pun mencatatkan surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar US$73,24 miliar.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia di periode Januari-November 2022 mencetak surplus US$50,59 miliar, hasil dari surplus neraca perdagangan nonmigas US$73,24 miliar dikurangi defisit neraca perdagangan migas US$22,65 miliar.
(Baca: Neraca Perdagangan Migas Indonesia Selalu Defisit Lebih dari 7 Tahun Terakhir)