Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan migas Indonesia kembali defisit sebesar US$2,1 miliar atau setara Rp31,5 triliun (dengan kurs Rp15.000 per dolar AS) pada September 2022.
Secara rinci, nilai ekspor minyak dan gas (migas) Indonesia sebesar US$1,33 miliar pada September 2022. Nilai tersebut merosot 21,41% dari bulan sebelumnya. Sementara, nilai impor migas Indonesia mencapai US$3,43 miliar pada bulan lalu. Nilai tersebut hanya turun 7,44% dari bulan sebelumnya.
Indonesia selalu mengalami defisit neraca perdagangan migas lebih dari 7 tahun terakhir. Meningkatnya konsumsi minyak domestik seiring tumbuhnya perekonomian serta semakin banyak jumlah kendaraan domestik membuat permintaan bahan bakar minyak (bbm) juga semakin bertambah.
Sementara produksi minyak nasional semakin mengecil akibat belum adanya sumur-sumur minyak baru yang berproduksi. Selain itu, kemampuan kilang minyak Indonesia juga belum mampu untuk memenuhi kebutuhan BBM domestik membuat neraca perdagangan migas selalu defisit sejak Maret 2015.
Berikut ini nilai impor migas Indonesia pada September 2022:
- Minyak mentah: US$1,12 miliar
- Hasil minyak (minyak olahan): US$2,01 miliar
- Gas: US$294,3 juta miliar
Defisit neraca perdagangan migas mencapai level terdalamnya pada Juli 2022, yakni senilai US$3,09 miliar seperti terlihat pada grafik. Adapun secara akumulasi sepanjang periode Januari-September 2022, defisit neraca perdagangan migas mencapai US$18,89 miliar atau setara Rp283 triliun.
(Baca: Defisit Neraca Perdagangan Migas Indonesia Catat Rekor Terdalam pada Desember 2021)