Menurut data European Commission, volume emisi gas rumah kaca global pada 2023 mencapai 52.962 juta ton karbon dioksida ekuivalen (Mt CO2eq).
Volumenya meningkat 1,9% dibanding 2022, sekaligus menjadi rekor tertinggi baru.
(Baca: Perkembangan Emisi Gas Rumah Kaca Global 1970-2023)
Emisi gas rumah kaca yang dicatat European Commission adalah gabungan dari emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan gas terfluorinasi (F gases).
Adapun datanya hanya mencakup emisi dari sektor pembangkit listrik, transportasi, pembakaran energi untuk industri, pertanian, eksploitasi energi fosil (pertambangan, produksi, dan pengolahan), proses industri (seperti proses produksi semen, pengolahan logam, produk kimia, dll), pembakaran energi untuk bangunan non-industri, dan sektor limbah.
Sedangkan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau land use, land-use change, and forestry (LULUCF) belum termasuk.
(Baca: 10 Negara Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar 2023)
Jika dilihat dari sumbernya, emisi gas rumah kaca global pada 2023 paling banyak berasal dari sektor pembangkit listrik, seperti tertera pada grafik.
Berikut rincian kontribusi masing-masing sektor:
- Pembangkit listrik: menyumbang 28,5% terhadap total emisi gas rumah kaca global
- Transportasi: 15,8%
- Pertanian: 12,2%
- Pembakaran energi untuk industri: 12,2%
- Eksploitasi energi fosil: 11,1%
- Proses industri: 9,4%
- Pembakaran energi untuk bangunan non-industri: 7,1%
- Sampah/limbah: 3,7%
(Baca: 10 Negara dengan Emisi Gas Rumah Kaca per Kapita Terbesar 2023)