Menurut data European Commission, volume emisi gas rumah kaca global pada 2023 mencapai 52.962 juta ton karbon dioksida ekuivalen (Mt CO2eq).
China menjadi negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, dengan kontribusi 30,1% dari total emisi global.
(Baca: Perkembangan Emisi Gas Rumah Kaca Global 1970-2023)
Negara yang menyumbang emisi terbesar berikutnya adalah Amerika Serikat, India, Uni Eropa, Rusia, dan Brasil.
Kemudian Indonesia berada di urutan ke-7 dengan emisi gas rumah kaca 1.200 Mt CO2eq, setara 2,3% dari total emisi global.
Di urutan selanjutnya ada Jepang, Iran, dan Arab Saudi dengan jumlah emisi seperti terlihat pada grafik.
Jika digabung, 10 negara tersebut menyumbang sekitar 70% dari total emisi gas rumah kaca global pada 2023.
Emisi gas rumah kaca yang dicatat European Commission adalah gabungan dari emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan gas terfluorinasi (F gases).
Adapun datanya hanya mencakup emisi dari sektor pembangkit listrik, transportasi, pembakaran energi untuk industri, pertanian, eksploitasi bahan bakar fosil (pertambangan, produksi, dan pengolahan), proses industri (seperti proses produksi semen, pengolahan logam, produk kimia, dll), pembakaran energi untuk bangunan non-industri, dan sektor limbah.
Sedangkan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau land use, land-use change, and forestry (LULUCF) belum termasuk.
(Baca: Perkembangan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia 1970-2023)