Kementerian Pertanian mencatat produksi kol kubis di Provinsi Bali pada tahun 2024 sebesar 12.445,08 ton. Terjadi penurunan signifikan sebesar 49,67% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini cukup tajam jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama lima tahun terakhir yang menunjukkan fluktuasi, namun cenderung positif. Pada tahun 2024, Bali menduduki peringkat ke-11 secara nasional dalam produksi kol kubis.
Jika dibandingkan dengan rata-rata produksi kol kubis Bali dalam tiga tahun terakhir (2021-2023) sebesar 32.813 ton, produksi tahun 2024 jauh lebih rendah. Dalam lima tahun terakhir, produksi tertinggi tercatat pada tahun 2021 dengan 38.992 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2024. Ini menunjukkan adanya anomali penurunan produksi yang cukup drastis pada tahun 2024.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Sulawesi Tenggara 2015 - 2024)
Berdasarkan data historis, kenaikan tertinggi produksi kol kubis di Bali terjadi pada tahun 2011, dengan pertumbuhan mencapai 83,69%. Sementara itu, penurunan terendah sebelum tahun 2024 adalah pada tahun 2020, yaitu turun 47,23%. Penurunan pada tahun 2024 melampaui penurunan terendah sebelumnya, mengindikasikan permasalahan yang lebih serius dalam produksi kol kubis di Bali.
Di wilayah Nusa Tenggara dan Bali, Bali menempati peringkat pertama dalam produksi kol kubis pada tahun 2024. Namun, penurunan produksi yang signifikan menyebabkan penurunan peringkat secara nasional. Pada tahun 2024, nilai produksi kol kubis Bali berada jauh di bawah Sulawesi Selatan yang berada di peringkat kedua di pulau Sulawesi dengan nilai produksi mencapai 69.309,13 ton.
Penurunan produksi kol kubis di Bali pada tahun 2024 menjadi perhatian khusus. Dibandingkan provinsi lain di Indonesia, produksi kol kubis di Bali menunjukkan penurunan yang lebih signifikan. Perlu dilakukan evaluasi mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan ini, seperti perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, atau perubahan pola tanam.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan menduduki peringkat ke-8 secara nasional dengan produksi kol kubis mencapai 69.309,13 ton. Pertumbuhan produksi di provinsi ini mencapai 35.74%. Meskipun berada di peringkat kedua di pulau Sulawesi, nilai produksi kol kubis Sulawesi Selatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini menjadikannya salah satu kontributor utama produksi kol kubis di Indonesia.
(Baca: Produksi Labu Siam di Bengkulu | 2024)
Bengkulu
Bengkulu berada di peringkat ke-9 nasional dengan produksi kol kubis sebesar 64.381,28 ton. Meskipun demikian, terjadi penurunan produksi sebesar 5.91% dibandingkan tahun sebelumnya. Bengkulu menempati urutan keempat di pulau Sumatera. Penurunan ini perlu dievaluasi untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencari solusi untuk meningkatkan produksi di masa depan.
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah menempati peringkat ke-10 dengan produksi sebesar 22.279,36 ton. Provinsi ini mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan yaitu sebesar 19.31%. Meski berada di urutan ketiga di pulau Sulawesi, produksi kol kubis di Sulawesi Tengah menunjukkan penurunan yang mengkhawatirkan. Perlu adanya upaya untuk mengatasi masalah ini agar produksi dapat kembali meningkat.
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat menempati peringkat ke-12 se-Indonesia. Produksi kol kubis di provinsi ini adalah sebesar 8.096,02 ton. Provinsi ini mengalami pertumbuhan produksi sebesar 6.07%. Hal ini menunjukkan potensi yang baik dalam pengembangan produksi kol kubis di Nusa Tenggara Barat, meskipun masih perlu ditingkatkan agar dapat bersaing dengan provinsi lain.
Lampung
Lampung berada di peringkat ke-13 dengan produksi kol kubis sebesar 4.049,55 ton, mengalami penurunan produksi sebesar 48.27%. Lampung menempati peringkat kelima di pulau Sumatera. Penurunan ini sangat signifikan dan memerlukan perhatian serius. Evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kol kubis di Lampung perlu segera dilakukan.
Aceh
Aceh menempati peringkat ke-14 secara nasional dengan produksi kol kubis mencapai 3.423,59 ton. Aceh mengalami penurunan produksi sebesar 60.15%. Penurunan yang sangat tajam ini menempatkan Aceh pada urutan keenam di pulau Sumatera. Diperlukan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan yang menyebabkan penurunan produksi kol kubis di Aceh.