Sepanjang semester I 2022 Amerika Serikat (AS) mengalami gejolak ekonomi berupa peningkatan laju inflasi, yang kemudian diikuti kenaikan suku bunga The Fed.
Inflasi tahunan AS bahkan sempat mencapai kisaran 9% pada Juni 2022 dan menjadi rekor tertinggi dalam empat dekade terakhir.
Seiring dengan itu, perusahaan AS yang pailit atau mengalami masalah pembayaran utang jumlahnya tercatat kian berkurang.
Berdasarkan data Administrative Office of the US Courts yang dihimpun Trading Economics, per kuartal II 2022 ada 12.748 perusahaan AS yang mengalami pailit.
Jumlah tersebut turun dibanding kuartal I 2022, dan jauh berkurang dibanding masa awal pandemi periode 2020-2021 seperti terlihat pada grafik di atas.
Hal ini tentu tidak serta-merta menunjukkan bahwa sektor swasta di AS mengalami perbaikan kondisi. Pasalnya, kasus pailit itu mungkin saja berkurang karena perusahaan yang aktif beroperasi di sana jumlahnya sudah menyusut.
Adapun menurut Tobias Adrian, Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal International Monetary Fund (IMF), gejolak ekonomi makro seperti inflasi dan peningkatan suku bunga umumnya dapat memberi tekanan bagi sektor swasta.
"Lingkungan ekonomi makro yang menantang memberikan tekanan pada korporasi global. Risiko kredit melebar secara substansial dan biaya tinggi mengikis keuntungan perusahaan," ujar Tobias dalam laporan analisisnya yang dilansir situs IMF, Selasa (11/10/2022).
"Untuk perusahaan kecil, kebangkrutan sudah mulai meningkat karena biaya pinjaman yang lebih tinggi dan dukungan fiskal yang berkurang," lanjut Tobias.
(Baca: Inflasi AS Turun, Presiden AS Tidak Khawatir Resesi)