Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Rabu waktu setempat (1/11/2023).
Jika dilihat jejaknya, terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023 sebesar 25 basis points (bps). Sebelumnya, suku bunga acuan AS berada pada 5-5,25% pada Juni 2023.
Langkah itu turut memberi dampak pada nilai tukar mata uang dunia terhadap dolar AS. Salah satunya Indonesia.
Melansir Katadata, Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menyebut rupiah langsung menguat imbas dari penahanan suku bunga negara adidaya itu. Menurutnya, penguatan rupiah juga ditopang koordinasi erat antar otoritas moneter dan fiskal domestik.
"Koordinasi dilakukan di tingkat menteri, direktur jenderal hingga tingkat departemen. Hampir setiap minggu terus koordinasi sangat erat," ucap Perry, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Dari data yang dihimpun Investing, rata-rata nilai tukar rupiah harian selama Oktober-November 2023 ini berfluktuasi. Pada 3 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp15.575 per US$.
Rupiah sempat terjun cukup dalam pada 19 Oktober 2023, sebesar Rp15.810 per US$. Angkanya naik atau melemah dua hari beruntun, hingga pada 23 Oktober 2023 mencapai Rp15.930—menjadi level tertinggi pada bulan tersebut.
Memasuki November 2023, nilai tukarnya pun masih melemah bahkan mendekati level 16.000. Namun dua hari setelahnya mengalami penguatan, terlebih setelah pengumuman suku bunga acuan AS. Nilai tukar tercatat sebesar Rp15.725 pada data terakhir 3 November 2023.
(Baca juga: Nilai Tukar Mata Uang Kawasan Asia terhadap Dolar AS Oktober 2023, Rupiah Terlemah)