Dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat terhadap 6 mata uang utama dunia sepanjang 2024.
Kedigdayaan mata uang ini tercermin dari Indeks Dolar AS (DXY) yang mencapai level 108,13 pada Kamis (26/12/2024), menguat 6,71% dibanding posisi akhir Desember 2023 (year-to-date/ytd).
Ada banyak hal yang memicu penguatan dolar AS, seperti suku bunga bank sentral, hingga perilaku investor yang menilai dolar AS sebagai safe haven (portofolio yang dianggap aman untuk investasi saat terjadi gejolak di pasar finansial dunia).
"Tampaknya sulit melawan keistimewaan AS dan dolarnya yang lebih kuat menjelang pemerintahan baru, baik itu karena kebijakan The Fed yang mungkin tak akan selonggar bulan September, atau karena tantangan yang terus bermunculan di negara berkembang dan maju, yang menjadikan dolar sebagai safe haven," kata Marvin Loh, ahli strategi pasar global dari perusahaan jasa keuangan AS, State Street, dilansir Reuters (18/12/2024).
Adapun yen Jepang (JPY) menjadi mata uang utama dunia yang paling terpukul oleh apresiasi dolar AS. Pada transaksi Kamis (26/12/2024), yen ditutup di level 157,133 per dolar AS, terpuruk 11,1% (ytd).
Berikutnya ada krona Swedia (SEK) yang ditransaksikan di posisi 11,019 per dolar AS, melemah 10,05% (ytd). Diikuti dolar Kanada (CAD) ditutup di posisi 1,4354 per dolar AS, melemah 8,5% (ytd).
Lalu franc Swiss (CHF) ditutup di posisi 1,1118 dolar AS, melemah 6,23% (ytd). Sedangkan euro (EUR) berada di level 1,040 per dolar AS, melemah 6,04% (ytd), dan poundsterling Inggris (GBP) 1,2544 per dolar AS, melemah 1,49% (ytd).
Tren dolar AS yang menguat terhadap mata uang utama dunia dapat berdampak pula pada rupiah.
Dalam beberapa pekan terakhir rupiah cenderung melemah hingga ditransaksikan di atas Rp16.000 per dolar AS.
(Baca: Melemah Beruntun, Rupiah Terpuruk di Atas Rp16.000 per Dolar AS)