Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, sebagian besar penyusun produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
BPS mengakumulasikan, keduanya menyumbang sekitar 82,51% pereknonomian nasional. Namun, konsumsi rumah tangga disebut sebagai komponen yang selalu menyumbang lebih dari separuh perekonomian nasional.
"Kontribusi pada 2023 sebesar 53,18%," tulis BPS dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2024, Jumat (20/9/2024).
Nilai persentase tersebut meningkat sebesar 1,3 poin persen jika dibandingkan dengan persentase pada 2022 yang hanya tercatat sebesar 51,88%.
Dikelompokkan berdasarkan sifatnya, PKRT dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk kegiatan yang bersifat leisure dan non-leisure. Leisure disebut juga waktu bersantai atau kegiatan di luar rutinitas maupun kerja-kerja produktif.
BPS menjelaskan, kelompok leisure mencakup transportasi dan komunikasi; serta restoran dan hotel. Sementara kelompok non-leisure meliputi makanan dan minuman selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya; kesehatan dan pendidikan; serta lainnya.
Dilihat secara tren, pengeluaran untuk leisure naik signifikan setelah pandemi Covid-19, 2020-2021.
Tercatat, pertumbuhan pengeluaran untuk leisure minus 9,17% dari total konsumsi rumah tangga pada 2020. Sementara non-leisure tercatat sebesar 0,79. Saat itu, PKRT juga tercatat minus 2,63%.
Memasuki 2021, pertumbuhan pengeluaran leisure berangsur membaik, yakni 2,95%. Sementara non-leisure mencapai 1,57%. PKRT sebesar 2,01%.
Data sementara pada 2022, proporsi pertumbuhan leisure melonjak hingga 8,59%. Sementara non-leisure sebesar 3,2%. PKRT tercatat sebesar 4,94%.
Data sangat sementara pada 2023, leisure turun menjadi 7,26%. Sementara non-leisure menjadi 3,6%. Adapun PKRT sebesar 4,82%.
"Kedua kelompok pengeluaran tersebut mengalami perbaikan seiring waktu sejalan dengan pemulihan komponen PKRT setelah terdampak pandemi," tulis BPS dalam laporannya.
(Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Sumbang 54% PDB Indonesia Kuartal II 2024)