Laporan UBS Global berjudul Global Wealth Report 2024 memberi penilaian ketimpangan kekayaan di sejumlah negara di dunia pada 2023.
Kesenjangan kekayaan ini diukur dengan dasar koefisien Gini, dalam skala 0-100. Angka nol berarti kesetaraan sempurna, yaitu setiap orang memiliki jumlah kekayaan yang sama persis.
Sementara angka 100 berarti satu orang memiliki semua aset dan lainnya tidak memiliki apa pun atau bisa disebut ketidaksetaraan absolut.
Urutan pertama ditempati oleh Afrika Selatan dengan indeks ketimpangan mencapai 82 poin pada 2023. Skor ini meroket 17,7% dari 2008 yang sebesar 70 poin.
Kedua, Brasil dengan indeks ketimpangan sebesar 81 poin. Naik 16,8% dari 2008 yang sebesar 70 poin.
Ketiga, Uni Emirat Arab (UEA) sebesar 77 poin pada 2023. Skor yang sama dikantongi oleh Arab Saudi. Kendati begitu, ketimpangan kekayaan di dua negara ini masing-masing turun 12,4% dan 13,3% sejak 2008.
(Baca juga: Pangsa Kekayaan Negara Berkembang Terus Meningkat)
Kelima, Swedia sebesar 75 poin. Naik tipis 1,2% dari 2008 yang sebesar 74 poin.
Sisanya ada Amerika Serikat (75), India (73), Meksiko (72), Singapura (70).
UBS memberi contoh Singapura dengan ketimpangan yang meningkat hampir 23% sejak 2008. Mereka menguji, apakah lebih buruk daripada rekan-rekan mereka di Hong Kong SAR yang ketimpangannya telah turun hampir 6%?
"Belum tentu. Faktanya, ketimpangan akan lebih baik jika digabungkan dengan tingkat kekayaan absolut untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang profil kekayaan masyarakat," tulis UBS yang dikutip pada Kamis (19/9/2024).
Indonesia masuk urutan ke-10 dengan skor ketimpangan 68 poin pada 2023. Skor ini justru meningkat cukup signifikan hingga 15,1% sejak 2008 yang sebesar 59 poin.
(Baca juga: Yogyakarta Alami Ketimpangan Ekonomi Terparah pada Maret 2024)