Produk domestik regional bruto (PDB) industri pakaian jadi dan tekstil atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp180,22 triliun pada 2021.
Jika diukur menurut PDB atas dasar harga konstan (2010), industri pakaian jadi dan tekstil nasional kembali mengalami kontraksi sedalam 4,08% pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya. Kontraksi tersebut merupakan yang kedua kalinya dalam 2 tahun secara beruntun.
Kontraksi tersebut selaras dengan pengeluaran konsumsi masyarakat untuk pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya yang mengalami pertumbuhan minus 0,06% pada tahun lalu.
(Baca: Pengolahan Non-Migas, Industri Alat Angkutan Tumbuh Tertinggi pada 2021)
Konsumsi masyarakat pada tahun lalu lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan restoran dan hotel (tumbuh 3,87%), kemudian transportasi dan komunikasi (tumbuh 2,62%), serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (tumbuh 2,19%).
Industri pakaian jadi dan tekstil domestik masih terpuruk terimbas oleh perubahan pola konsumsi masyarakat di masa pandemi Covid-19 tersebut.
Namun, permintaan ekspor pakaian jadi dan tekstil Indonesia justru meningkat. Hal ini yang membuat kontraksi yang dialami industri pakaian jadi dan tekstil pada 2021 tidak sedalam tahun sebelumnya.
(Baca: Tumbuh 3,67%, Industri Non-Migas Belum Mampu Gerakkan Ekonomi Domestik)
Sebagai informasi, ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia tumbuh 17,74% menjadi US$6,9 juta pada 2021 dibanding tahun sebelumnya yang hanya US$5,85 miliar. Amerika Serikat masih menjadi pangsa pasar utama ekspor tekstil dan pakaian jadi nasional denga nilai US$3,87 miliar atau sekitar 56,13% dari total ekspor.