Indonesia tengah berupaya mengembangkan industri kendaraan listrik, termasuk industri baterai sebagai komponen pendukungnya.
Namun, holding industri pertambangan nasional MIND ID mengungkapkan, Indonesia masih bergantung pada impor untuk memasok 20% bahan baku baterai kendaraan listrik.
"Kami perlu menyusun peta jalan kemandirian agar tidak tergantung pada produk impor walau jumlahnya 20%. Apakah dengan mengambil tambang litium di luar negeri, ataukah seperti apa," jelas Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan, dilansir Katadata.co.id, Senin (19/9/2022).
Menurut MIND ID, bahan baku baterai kendaraan listrik yang harus dibeli dari luar negeri itu berupa litium hidroksida, grafit, mangan, dan kobalt.
Adapun berdasarkan data Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), negara yang memiliki cadangan litium terbesar adalah Bolivia, dengan sumber daya litium teridentifikasi sebanyak 21 juta metrik ton pada 2021.
Sedangkan Indonesia tidak tercatat memiliki sumber daya litium dalam laporan USGS. Hal ini menegaskan betapa Indonesia perlu bekerja sama dengan negara lain untuk menjalankan industri baterai kendaraan listrik dalam negeri. Menurut USGS, kerja sama semacam ini juga memang terus diperkuat di skala global.
"Aliansi strategis dan kerja sama antara perusahaan teknologi dan perusahaan eksplorasi terus diperkuat, demi mengamankan pasokan litium untuk produsen baterai dan kendaraan," jelas USGS dalam laporannya.
(Baca: 10 Perusahaan Baterai Kendaraan Listrik Terbesar, Juaranya dari Tiongkok)