Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga pada komponen makanan dan minuman selain restoran masih terkontraksi 2,31% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2021. Kontraksi pada komponen tersebut bahkan lebih rendah jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang melemah 1,39%.
Hal serupa terjadi pada konsumsi rumah tangga pada komponen kesehatan dan pendidikan. Meski mengalami pertumbuhan sebesar 0,31% pada kuartal I-2021, namun angkanya lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV-2020 yang mencapai 0,64%.
Konsumsi rumah tangga di komponen lainnya juga mengalami pelemahan pada kuartal I-2021. Selama tiga bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga di komponen tersebut terkontraksi 1,33%, lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV-2020 yang minus 0,88%.
Kedua komponen konsumsi rumah tangga tersebut masuk ke dalam barang dan jasa yang akan dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) ke depannya melalui revisi Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP). Hal tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan kenaikan harga yang bakal ditanggung oleh konsumen di kedua komponen tersebut.
(Baca: Konsumsi Rumah Tangga Masih Terkontraksi 2,23% pada Kuartal I-2021)
Angkutan umum juga termasuk salah satu jasa layanan yang akan dihapus dari objek tidak kena pajak. Pada kuartal I-2021, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di komponen transportasi dan komunikasi masih mengalami kontraksi sebesar 4,24%. Walau demikian, angkanya membaik dibandingkan pada kuartal IV-2020 yang minus 9,45%.