Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Kuningan pada tahun 2024 adalah Rp115.834 per kapita per bulan.
Nilai ini mengalami penurunan sebesar 7,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, pengeluaran untuk rokok dan tembakau tercatat sebesar Rp125.733 per kapita per bulan. Meskipun turun, pengeluaran ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 dan 2019, yang masing-masing sebesar Rp85.025 dan Rp85.083 per kapita per bulan.
(Baca: Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan Rumah Kontrak/Sewa di Periode 2013-2024)
Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp246.606, pengeluaran untuk rokok dan tembakau mencapai 46,9 persen. Sementara, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk makanan jadi sebesar Rp201.540, proporsi pengeluaran untuk rokok dan tembakau mencapai 57,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi dana untuk rokok dan tembakau masih cukup signifikan di kalangan masyarakat Kuningan.
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Kuningan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2020, terjadi peningkatan signifikan sebesar 24,8 persen, diikuti kenaikan lagi sebesar 25,7 persen pada tahun 2021, mencapai nilai tertinggi yaitu Rp133.474. Namun, pada tahun 2022 terjadi penurunan tajam sebesar 13,3 persen, sebelum kemudian naik kembali sebesar 8,6 persen pada tahun 2023 dan kembali turun tahun 2024 ini.
Dalam skala Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Kuningan berada di peringkat ke-25 untuk besar pengeluaran rokok dan tembakau pada tahun 2024. Sedangkan secara nasional, Kuningan berada di peringkat ke-363. Kota Bekasi menempati peringkat pertama di Jawa Barat dengan pengeluaran sebesar Rp196.516 per kapita per bulan, diikuti Kota Bandung dan Kabupaten Subang.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat, pertumbuhan pengeluaran rokok dan tembakau di Kabupaten Kuningan termasuk yang terendah. Beberapa daerah mencatatkan pertumbuhan positif, seperti Kota Bekasi (22,3 persen), Kota Bandung (10,8 persen), dan Kabupaten Subang (11,1 persen).
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Raja Ampat | 2004 - 2024)
Kota Bekasi
Kota Bekasi menunjukkan performa yang kuat dalam berbagai indikator pengeluaran. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Kota Bekasi mencapai Rp1.908.316 pada tahun 2024, meningkat signifikan sebesar 22,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menduduki peringkat pertama di Jawa Barat. Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp1.224.388, meningkat 21,3 persen dan juga menempati urutan pertama di provinsi tersebut.
Kota Depok
Kota Depok juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pengeluaran masyarakatnya. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan tercatat sebesar Rp1.674.594 pada tahun 2024, meningkat 12,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menduduki peringkat kedua di Jawa Barat. Untuk pengeluaran makanan, Kota Depok mencatatkan Rp1.148.659 per kapita per bulan, meningkat 9 persen dan berada di urutan kedua di provinsi tersebut.
Kota Bogor
Kota Bogor mengalami anomali data. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di kota ini mencapai Rp1.561.420 pada tahun 2024, mengalami lonjakan signifikan sebesar 50,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan menduduki peringkat ketiga di Jawa Barat. Namun, untuk pengeluaran makanan, Kota Bogor mencatatkan Rp909.166 per kapita per bulan, meningkat 21 persen dan berada di urutan keenam di provinsi tersebut. Pengeluaran total masyarakat Kota Bogor adalah yang tertinggi ketiga di Jawa Barat.
Kota Bandung
Kota Bandung, sebagai pusat ekonomi dan budaya, menunjukkan kinerja yang stabil dalam pengeluaran masyarakatnya. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Kota Bandung mencapai Rp1.382.176 pada tahun 2024, meningkat 12,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menempati peringkat keempat di Jawa Barat. Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp996.064, meningkat 17,7 persen dan berada di urutan ketiga di provinsi tersebut.