Dolar Amerika Serikat (AS) kian digdaya terhadap mata uang dunia, termasuk mata uang negara-negara di kawasan Asia.
Berdasarkan data AsianBondsOnline, hampir semua mata uang regional terdepresiasi terhadap dolar AS hingga pertengahan Juni 2022.
Di kawasan Asia, pelemahan terbesar dialami mata uang kip Laos yang terdepresiasi 23,98% ke posisi 14.729,77 per dolar AS pada 14 Juni 2022 dibanding posisi akhir tahun lalu (year to date/ytd).
Kemudian yen Jepang terdepresiasi 14,02% (ytd) menjadi 133,84 per dolar AS dalam periode sama. Sedangkan won Korea Selatan terdepresiasi 7,79% (ytd) ke posisi 1.290,4 per dolar AS.
Berikutnya ringgit Malaysia melemah 5,6% (ytd) ke 4,41 per dolar AS, yuan Tiongkok melemah 5,34% (ytd) menjadi 6,71 per dolar AS, dan peso Filipina melemah 4,6% (ytd) ke 53,45 per dolar AS.
Demikian pula nilai tukar rupiah terdepresiasi 3,27% (ytd) menjadi 14.745 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini lebih rendah dibanding beberapa mata uang Asia lainnya, di antaranya karena ditopang ekonomi yang masih tumbuh dan inflasi yang cukup terkendali.
Sementera pelemahan dolar Hong Kong merupakan yang terkecil, yakni hanya terdepresiasi 0,68% (ytd) menjadi 7,85 per dolar AS.
Indeks dolar AS terhadap 6 mata uang utama dunia (DXY) berada di level 105,2 pada perdagangan 14 Juni 2022. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, DXY telah naik 9,96% (ytd).
Suku bunga acuan bank sentral AS, yang diprediksi masih berpeluang naik dalam beberapa waktu ke depan, menjadi magnet bagi para investor untuk berinvestasi dalam mata uang dolar AS. Hal ini turut mempengaruhi posisi dolar AS yang semakin menguat terhadap mata uang Asia.
(Baca: Suku Bunga Acuan AS Naik 75 Bps, Paling Agresif dalam 28 Tahun)