Harga saham Credit Suisse, bank asal Swiss, terus merosot setahun belakangan seperti terlihat pada grafik. Selama periode 4 Oktober 2021-3 Oktober 2022 harga sahamnya sudah anjlok 56,9%.
Hal ini lantas menjadi sorotan media internasional karena Credit Suisse merupakan salah satu bank terbesar di Eropa. Menurut Market Watch, Credit Suisse juga merupakan salah satu dari 30 bank yang memiliki pengaruh sistemik bagi keuangan global.
Sejumlah kalangan mengkhawatirkan jatuhnya saham Credit Suisse bisa memberi dampak bagi banyak negara, seperti kasus bangkrutnya bank Amerika Serikat Lehman Brothers yang memicu krisis keuangan global pada 2008.
Tapi, di sisi lain ada juga analis yang melihat kondisi ini tidak mengkhawatirkan.
"Analis JP Morgan mengatakan, berdasarkan kondisi keuangan Credit Suisse pada kuartal 2022, modal dan likuiditasnya masih sehat," lapor Reuters, Senin (3/10/2022).
Hal senada disampaikan Keith Horowitz, analis dari Citigroup Inc. Ia menilai kegelisahan akan risiko sistemik yang ditimbulkan raksasa perbankan Swiss Credit Suisse tampaknya berlebihan.
"Kami tidak melihat ada alasan untuk khawatir," kata Horowitz, dilansir Market Watch, Senin (3/10/2022).
"Dibandingkan dengan waktu runtuhnya Lehman Brothers yang mendorong krisis keuangan global, bank-bank AS sekarang memegang lebih banyak modal secara signifikan," lanjutnya.
"Situasi saat ini dan 2007 (momen sebelum kejatuhan Lehman Brothers) berbeda secara fundamental, dan kami belum melihat sesuatu yang sistemik," ungkap Horowitz lagi.
Kendati demikian, Market Watch mencatat kondisi pasar keuangan global saat ini memang sedang rapuh karena kenaikan suku bunga yang cepat, inkonsistensi kebijakan, ketakutan akan resesi, serta perang Rusia-Ukraina yang membuat banyak investor bingung.
(Baca: Bank Dunia: Risiko Resesi Global Meningkat)