Perang Rusia-Ukraina yang berkobar sejak akhir Februari 2022 sempat memicu krisis pasokan energi dan gejolak harga di skala global.
Namun, tahun ini harga energi mengalami normalisasi. Bahkan sampai akhir semester I 2023 harga minyak dunia sudah menyentuh level terendahnya sejak awal perang.
Menurut data Bank Dunia, rata-rata harga minyak mentah Brent pada Juni 2023 mencapai USD 74,89 per barel.
Harga tersebut turun sekitar 1% dibanding Mei 2023 (month-on-month/mom), melemah 9,9% dibanding Januari 2023 (year-to-date/ytd), dan lebih murah 37,6% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy).
Dalam periode sama, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun 1,9% (mom), melemah 10% (ytd), dan berkurang 38,7% (yoy) menjadi USD 70,23 per barel.
Hal ini sejalan dengan proyeksi Bank Dunia, yang menyatakan harga minyak pada 2023 bakal lebih rendah dari tahun lalu.
"Rata-rata harga minyak mentah Brent pada 2023 diperkirakan USD 84 per barel, turun dibanding 2022 yang rata-ratanya hampir USD 100 per barel," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2023.
Di sisi lain, U.S. Energy Information Administration (EIA) meramalkan harga minyak akan cenderung bergejolak mulai akhir tahun ini.
Pasalnya, pada 4 Juni 2023 organisasi pengekspor minyak dan aliansinya, yakni OPEC+, mengumumkan akan memperpanjang masa pengurangan produksi minyak mentah mereka sampai 2024.
"Kami memperkirakan persediaan minyak global akan sedikit turun pada lima kuartal ke depan," kata EIA dalam laporan Short-Term Energy Outlook edisi 6 Juni 2023.
"Kami berekspektasi hal ini (pengurangan produksi OPEC+) akan mendorong kenaikan harga minyak mentah, terutama pada akhir 2023 dan awal 2024," lanjutnya.
(Baca: Harga Batu Bara Anjlok Semester I 2023, Lebih Murah dari Sebelum Perang)