Sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023, sebagian besar warga Palestina di Jalur Gaza terpaksa hidup di pos-pos pengungsian.
Adapun kondisi pos pengungsian yang buruk membuat mereka terancam berbagai jenis penyakit.
(Baca: Sebulan Diserang Israel, 70% Penduduk Gaza Jadi Pengungsi)
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dilansir Al Jazeera, ada sejumlah penyakit menular yang menyebar di tempat pengungsian di Jalur Gaza.
Sampai 10 November 2023, penyakit yang paling banyak dilaporkan adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan perkiraan 54.866 kasus, gejalanya seperti pilek, batuk, hingga sakit tenggorokan.
"Penyakit pernapasan telah menjadi penyebab kematian keenam yang paling umum di Jalur Gaza sebelum pecahnya perang bulan lalu," tulis Al Jazeera dalam laporannya, Jumat (10/11/2023).
"Dalam kasus infeksi saluran pernapasan, meski penyakit ini umumnya disebabkan oleh virus, sebuah studi tentang dampak perang di Gaza juga menemukan bahwa penyakit pernapasan disebabkan karena menghirup gas beracun dari aktivitas militer," lanjutnya.
Penyakit lain yang banyak diderita warga Jalur Gaza adalah diare, dengan lebih dari 33.551 kasus yang dilaporkan. WHO mencatat, setengah dari jumlah kasus diare tersebut diderita anak di bawah lima tahun.
"Minum air yang terkontaminasi adalah salah satu alasan utama di balik diare," tulis Al Jazeera.
Kemudian ada penyakit ruam kulit sebanyak 12.635 kasus, kudis dan kutu 8.944 kasus, serta cacar air 1.005 kasus. Penyakit ini tak hanya menyerang anak-anak, tapi juga orang dewasa di pengungsian.
"Sistem surveilans penyakit yang tidak lengkap, konektivitas internet dan telepon seluler yang tidak memadai, serta terganggunya layanan medis, juga mempersulit pemantauan atau respons terhadap penyakit menular," kata Al Jazeera.
(Baca: Palestina Butuh Bantuan Rp19 Triliun, Mayoritas untuk Makan)