Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2020 industri perikanan laut global memiliki hasil tangkapan seberat 78,8 juta ton.
Angka tersebut turun dari level tertinggi yang sempat dicapai tahun 2018, yakni 84,5 juta ton, serta lebih rendah dari hasil tangkapan 2019 yang mencapai 80 juta ton.
"Kegiatan penangkapan ikan laut selama tahun 2020 sangat terganggu akibat pandemi Covid-19," tulis FAO dalam laporan The State of World Fisheries and Aquaculture 2022.
Meski aktivitas penangkapan ikan laut menurun secara global, pada 2020 Indonesia masih menjadi produsen kedua terbesar.
FAO mencatat hasil tangkapan laut Indonesia pada 2020 mencapai 6,43 juta ton. Satu-satunya negara dengan hasil tangkapan lebih besar adalah Cina, yaitu 11,77 juta ton.
"Cina masih menjadi produsen tangkapan laut utama dunia, meskipun tangkapannya menurun dari 14,4 juta ton pada tahun 2015 menjadi 11,77 juta ton pada 2020," jelas FAO.
FAO memperkirakan ke depannya aktivitas penangkapan ikan laut global akan kembali meningkat, seiring dengan pemulihan negara-negara dari pandemi Covid-19.
Namun, kini industri perikanan menghadapi sejumlah risiko baru akibat konflik Rusia-Ukraina.
"Rusia, yang merupakan salah satu produsen perikanan tangkap terbesar, sektor perikanannya sangat berorientasi ekspor. Sekarang ekspor ini sangat terganggu, perlu dilihat apa dampaknya terhadap nilai perdagangan dan negara-negara tujuan ekspornya," jelas FAO dalam laporannya.
"Tekanan inflasi global juga meningkatkan biaya operasional di sebagian besar negara-negara penghasil makanan laut, dan bisa memperburuk akses investasi ke sektor ini," lanjutnya.
(Baca Juga: Malaysia, Pasar Utama Ekspor Ikan Segar RI pada 2021)