Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta menurut besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp 149,37 triliun pada 2021. Angka tersebut porsinya hanya 0,88% terhadap PDB nasional senilai Rp 16,97 kuadriliun.
Jika diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga kosntan (ADHK) 2010, ekonomi Yogyakarta tumbuh 5,53% menjadi Rp 107,31 triliun pada 2021 dari tahun sebelumnya. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 2,68%. Raihan tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional sebesar 3,69% pada tahun lalu.
(Baca: Ekonomi DI Yogyakarta Terkecil di Pulau Jawa pada 2021)
Dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan masih menjadi penopang terbesar perekonomian Yogyakarta dengan kontribusi 12,36% terhadap PDRB pada tahun lalu. Diikuti sektor informasi dan komunikasi dengan kontribusi 10,72%, serta sektor konstruksi sebesar 10,14%.
Sektor informasi dan komunikasi berkontribusi terhadap pertumbuhan PDRB Yogyakarta sebesar 2,3% pada 2021. Diikuti sektor konstruksi sebesar 1,03%, dan sektor akomodasi makan minum 0,63%.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 64,32% terhadap PDRB provinsi yang dipimpin Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut. Diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 32,83%, dan komponen konsumsi pemerintah 14,45%.
(Baca: Perekonomian Kabupaten Sleman Terbesar di Yogyakarta pada 2020)
Komponen PMTB berkontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDRB Yogyakarta, yakni mencapai 2,1% pada tahun lalu. Diikuti konsumsi rumah tangga 1,01%, serta ekspor barang dan jasa 1,01%.