Sejumlah negara berencana menerapkan sanksi pembatasan harga untuk minyak mentah Rusia mulai 5 Desember 2022.
Sanksi ini bertujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari ekspor komoditas energi, yang merupakan salah satu sumber pembiayaan agresi militer Rusia ke Ukraina.
Pembatasan harga rencananya akan diterapkan oleh negara maju yang tergabung dalam kelompok G7, yakni Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis, serta sejumlah negara Uni Eropa.
Menurut Reuters, G7 mengusulkan untuk mematok harga minyak mentah Rusia di kisaran US$65-US$70/barel. Namun, usulan ini belum disepakati.
"Masih ada perbedaan pendapat soal batas harganya. Kami perlu membicarakannya secara bilateral," kata perwakilan Uni Eropa, seperti dilansir Reuters, Rabu (23/11/2022).
(Baca: Minyak Rusia Banyak Dibeli Anggota NATO dan Sekutunya)
Berdasarkan data Trading Economics, rata-rata harga minyak mentah Urals asal Rusia mencapai US$75,04/barel pada Oktober 2022. Harga ini menguat sekitar 7% dibanding bulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.
Kendati harganya naik, minyak Rusia masih jauh lebih murah ketimbang rata-rata harga minyak mentah Brent yang mencapai US$93,13/barel, ataupun West Texas Intermediate (WTI) yang harganya US$87,26/barel pada Oktober 2022.
Menurut Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), tren kenaikan harga minyak dunia salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memangkas produksi minyak mereka sebanyak 2 juta barel/hari mulai November 2022.
"Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, menyatakan pemangkasan produksi minyak diperlukan untuk merespons kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Barat dan melemahnya ekonomi global," lapor Reuters bulan lalu (5/10/2022).
Gara-gara pemangkasan produksi OPEC, EIA memprediksi harga minyak dunia bisa meningkat lagi sampai 2023, yang tentunya juga berpotensi diikuti oleh kenaikan harga minyak Rusia.
"Adanya potensi gangguan pasokan minyak bumi, serta pertumbuhan produksi minyak mentah yang lebih rendah dari perkiraan, dapat mendorong harga minyak lebih tinggi," kata EIA dalam laporan Short-Term Energy Outlook edisi Oktober 2022.
(Baca: Gara-gara OPEC, Harga Minyak Dunia Bisa Naik Lagi sampai 2023)