Pada Agustus 2022, Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memproyeksikan harga minyak dunia akan turun sampai akhir 2023.
Sayangnya, proyeksi itu kini berubah total lantaran pada awal Oktober 2022 organisasi negara pengekspor minyak dan aliansinya (OPEC+) mengumumkan bakal memangkas produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari mulai bulan depan.
"Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, menyatakan pemangkasan produksi minyak diperlukan untuk merespons kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Barat dan melemahnya ekonomi global," lapor Reuters, Rabu (5/10/2022).
Gara-gara pemangkasan produksi tersebut EIA memprediksi patokan harga minyak dunia, yakni Brent dan West Texas Intermediate (WTI), bakal mengalami tren naik sepanjang tahun 2023 seperti terlihat pada grafik.
"Adanya potensi gangguan pasokan minyak bumi, serta pertumbuhan produksi minyak mentah yang lebih rendah dari perkiraan, dapat mendorong harga minyak lebih tinggi," jelas EIA dalam laporan Short-Term Energy Outlook edisi Oktober 2022.
Kendati demikian, lonjakan harga minyak sampai akhir 2023 diperkirakan tidak akan melampaui US$100/barel. EIA juga memandang kenaikan harga minyak bisa saja tertahan karena adanya risiko perlambatan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan bisa saja berkontribusi pada harga minyak yang lebih rendah," kata EIA.
(Baca: Harga Minyak Dunia Terus Turun Sepanjang Kuartal III 2022)