Kendati laju inflasi dalam negeri mengalami peningkatan, Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 3,5% pada Mei 2022.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tingginya tekanan eksternal terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju dan berkembang," jelas BI dalam siaran persnya, Selasa (24/5/2022).
Sebelumnya, inflasi tahunan Indonesia dilaporkan sudah mencapai 3,47% (yoy) per April 2022. Ini merupakan rekor tertinggi sejak awal pandemi, bahkan sejak 2017.
Namun demikian, inflasi Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan negara anggota G20.
Mengutip data Trading Economics, pada April 2022 inflasi tahunan tertinggi terjadi di Turki, yakni mencapai 69,97% (yoy). Diikuti Argentina dengan inflasi tahunan 58% (yoy) dan Rusia 17,8% (yoy).
Berikut rincian tingkat inflasi tahunan di negara G20 per April 2022:
- Turki: 69,97% (yoy)
- Argentina: 58% (yoy)
- Rusia: 17,8% (yoy)
- Brasil: 12,13% (yoy)
- Inggris: 9,6% (yoy)
- Amerika Serikat: 8,3% (yoy)
- India: 7,79% (yoy)
- Meksiko: 7,68% (yoy)
- Uni Eropa: 7,4% (yoy)
- Jerman: 7,4% (yoy)
- Kanada: 6,8% (yoy)
- Italia: 6% (yoy)
- Afrika Selatan: 5,9% (yoy)
- Australia: 5,1% (yoy)
- Korea Selatan: 4,8% (yoy)
- Prancis: 4,8% (yoy)
- Indonesia: 3,47% (yoy)
- Jepang: 2,5% (yoy)
- Arab Saudi: 2,3% (yoy)
- Cina: 2,1% (yoy)
Tiga negara dengan inflasi teratas, yakni Turki, Argentina, dan Rusia, sudah menaikkan suku bunga bank sentral masing-masing hingga tergolong paling tinggi di antara G20.
(Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Perbandingannya dengan G20)