Laju inflasi tinggi yang dipicu naiknya harga komoditas pangan dan energi telah membebani kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia.
Nilai mata uang banyak negara juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga membuat harga barang impor menjadi semakin mahal.
Di tengah kondisi ini ada pula sejumlah negara yang terancam mengalami kebangkrutan akibat krisis utang. Negara di kawasan Asia Tenggara yang terancam adalah Myanmar dan Laos.
Berikut rincian indikator ekonomi makro Laos sampai 11 Juli 2022 atau periode data terakhir yang tersedia:
- Inflasi tahunan per Juni 2022: 23,60% (yoy)
- Pertumbuhan Ekonomi per Desember 2021: 0,4% (yoy)
- Depresiasi Mata Uang terhadap Dolar AS per 11 Juli 2022: -34,47% (ytd)
- Rasio Utang terhadap PDB per Desember 2021: 88,00%
Sama seperti Laos, Myanmar yang berstatus anggota Association of Southest Asian Nation (ASEAN) juga terancam bangkrut akibat berbagai kondisi yang disebutkan di atas.
Kondisi perekonomian Myanmar semakin terbebani akibat kondisi keamanan yang belum kunjung membaik, sejak terjadinya kudeta militer di negara tersebut pada awal 2021.
Berikut rincian indikator ekonomi makro Myanmar sampai 11 Juli 2022 atau periode data terakhir yang tersedia:
- Inflasi tahunan per Juni 2022: 11,39% (yoy)
- Pertumbuhan Ekonomi per Desember 2021: -18,00% (yoy)
- Depresiasi Mata Uang terhadap Dolar AS per 11 Juli 2022: -4,55% (ytd)
- Rasio Utang terhadap PDB per Desember 2021: 57,20%
(Baca: 10 Negara dengan Inflasi Tertinggi, Ada yang Tembus 200%)