Sanksi yang diberikan negara-negara Barat kepada Rusia karena menyerang Ukraina telah memicu kenaikan harga minyak mentah dunia.
Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang tengah mewacanakan pelarangan impor minyak dari Rusia membuat harga 'emas hitam' itu kini ditransaksikan di atas US$100 per barel, level tertingginya dalam 14 tahun terakhir.
Berdasarkan data Investing.com, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2022 ditutup kembali naik 4,39% ke level US$120,76 per barel pada perdagangan Senin (7/3). Level tersebut merupakan harga tertingginya sejak 21 Agustus 2008.
(Baca: Apa Komoditas Milik Rusia yang Jadi Kebutuhan Uni Eropa?)
Harga minyak mentah tersebut melonjak 56,85% (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang masih berada di level US$76,99 per barel.
Jika dibandingkan dengan posisi 8 Maret 2021, harga tersebut juga telah melambung sebesar 79,81% (year-on-year/yoy).
(Baca: Harga Minyak Dunia Naik ke US$ 128,76 per Barel (Senin, 7 Maret 2022))
Naiknya harga minyak dapat berdampak terhadap tingginya laju inflasi dunia, terutama di Amerika Serikat (AS). Pada Januari 2022, laju inflasi di negara adidaya tersebut telah mencapai 7,5% (yoy).
Perlu diingat pula bahwa Rusia merupakan negara eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia. Dengan adanya sanksi dari negara-negara Barat, maka pasokan minyak mentah dunia juga diprediksi akan terganggu.
(Baca: Dibombardir Sanksi Negara Barat, Obligasi Pemerintah Rusia Terancam Gagal Bayar)