Riset Microsoft yang bertajuk Future Ready Business: Assessing Asia-Pacific’s Growth with Artificial Intelligence (AI) menyebutkan, industri keuangan di Asia Pasifik yang menerapkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mencatat perbaikan di lima area. Area tersebut adalah keterlibatan pelanggan, daya saing, inovasi, margin, dan kecerdasan bisnis.
Peningkatan tertinggi terjadi pada margin yang diperkirakan melaju hingga 2 kali lipat, yaitu dari 17% pada 2019 menjadi 35% pada 2021. Selain itu, laporan ini juga menyebutkan AI berkontribusi meningkatkan daya saing hingga 41% pada 2023.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee menyebutkan, ada pemain baru di industri keuangan Indonesia yang telah menerapkan layanan berbasis teknologi. Mereka cukup berhasil menjangkau pelanggan melalui kecerdasan buatan. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi pemain lama untuk memanfaatkan data dan kecerdasan buatan demi meningkatkan daya saing.
Moula, perusahaan rintisan di Australia menerapkan AI untuk layanan pengambilan keputusan kredit secara real-time. Di samping juga memanfaatkan Azure AI dan machine learning yang dapat memprediksi kemungkinan terjadi kredit macet. Hal yang sama juga diterapkan di Indonesia pada perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang menyediakan pinjaman produktif secara online kepada masyarakat.
(Baca Databoks: Penjualan Robot Mencapai 381 Ribu Unit pada 2017)