Menurut United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), intensitas serangan Israel ke wilayah Palestina, khususnya Jalur Gaza, terus meningkat sejak Minggu (8/10/2023).
Sementara serangan pihak lawannya, yaitu kelompok militan Palestina Hamas, cenderung berkurang.
"Pemboman Israel dari udara, laut, dan darat terus berlanjut dan meningkat di seluruh Jalur Gaza selama enam hari berturut-turut," kata OCHA dalam laporan di situs resminya, Kamis (12/10/2023).
"Kelompok bersenjata Palestina di Gaza juga terus menembakkan roket mereka ke pusat-pusat permukiman Israel, meskipun dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan hari-hari sebelumnya," lanjutnya.
(Baca: 6 Hari Perang Israel-Palestina, 2.750 Korban Meninggal)
Mereka juga melaporkan, Gaza telah mengalami pemadaman listrik total sehingga layanan kesehatan, air, dan sanitasi di ambang kolaps.
Pemadaman itu terjadi setelah Israel menyetop pasokan listrik dan bahan bakar ke Gaza pada 8 Oktober 2023, yang kemudian memicu habisnya cadangan bahan bakar pembangkit listrik di Gaza.
Dalam situasi ini OCHA menilai ada sekitar 1,3 juta warga Palestina yang butuh bantuan mendesak.
Estimasi dana bantuan yang dibutuhkan adalah US$294 juta atau sekitar Rp4,6 triliun (asumsi kurs Rp15.714 per US$). Sekitar 45%-nya diperlukan untuk penyediaan pangan.
"Perang ini menghancurkan rantai pasokan makanan di Gaza. Banyak keluarga kekurangan pangan akut. Ini bukan krisis lagi, tapi katastrofe, malapetaka besar," kata OCHA dalam laporan Hostilities in Gaza and Israel edisi 12 Oktober 2023.
"Sektor pertanian Palestina mengalami kerusakan parah. Petani dan penggembala butuh bantuan mendesak untuk membangun kembali kehidupan mereka, untuk memulai lagi kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, serta memulihkan martabat mereka," lanjutnya.
Setelah sektor pangan, OCHA memprioritaskan sekitar 11% kebutuhan dana untuk koordinasi distribusi logistik, 11% untuk tempat tinggal pengungsi, dan sisanya untuk sektor lain seperti terlihat pada grafik.
"Perlu ada penguatan koordinasi sipil-militer untuk memfasilitasi transportasi serta pengiriman pasokan bantuan menembus perbatasan Jalur Gaza dengan aman," kata OCHA.
"Banyak juga pos pengungsian yang infrastrukturnya tidak memadai. Sebagian besar pos sudah mencapai daya tampung maksimum, sedangkan pengungsi akan semakin banyak berdatangan," lanjutnya.
(Baca: Serangan Israel Meningkat, Gelombang Pengungsian di Gaza Melonjak)