Perang skala besar antara Israel dan Palestina kembali meletus awal Oktober 2023.
Perang kali ini berawal dari aksi kelompok militan Palestina, yaitu Hamas, yang menghujani wilayah Israel dengan roket pada Sabtu (7/10/2023). Kemudian pada Minggu (8/10/2023) Israel menyatakan perang dan mulai meluncurkan serangan balasan.
(Baca: Konflik Palestina-Israel Pecah Lagi, Ini Jumlah Korban Jiwa 16 Tahun Terakhir)
Menurut laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), intensitas serangan Israel ke wilayah Palestina, khususnya Jalur Gaza, terus meningkat. Sedangkan serangan pihak lawannya berkurang.
"Pemboman Israel dari udara, laut, dan darat terus berlanjut dan meningkat di seluruh Jalur Gaza selama enam hari berturut-turut," kata OCHA dalam laporannya, Kamis (12/10/2023).
"Kelompok bersenjata Palestina di Gaza juga terus menembakkan roket mereka ke pusat-pusat permukiman Israel, meskipun dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan hari-hari sebelumnya," lanjutnya.
Di tengah eskalasi serangan Israel tersebut, OCHA mencatat jumlah pengungsi di Jalur Gaza terus meningkat hingga totalnya mencapai sekitar 423 ribu orang pada Kamis (12/10/2023).
Sekitar 64% pengungsi berlindung di pos-pos pengungsian United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA), dan sisanya tersebar di berbagai tempat.
"Diperkirakan ada lebih dari 153 ribu pengungsi, yang rumahnya hancur atau rusak, atau meninggalkan rumah karena ketakutan, berada di rumah kerabat dan tetangganya serta di fasilitas umum lainnya," kata OCHA.
Mereka juga melaporkan, Gaza telah mengalami pemadaman listrik total sehingga layanan kesehatan, air, dan sanitasi di ambang kolaps.
Pemadaman itu terjadi setelah Israel menyetop pasokan listrik dan bahan bakar ke Gaza pada 8 Oktober 2023, yang kemudian memicu habisnya cadangan bahan bakar pembangkit listrik di Gaza.
(Baca: 6 Hari Perang Israel-Palestina, 2.750 Korban Meninggal)