Menurut data Global Energy Monitor, sejak awal tahun 2000 sampai akhir semester I 2023, ada 2.831 unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang dipensiunkan di seluruh dunia.
Seluruh PLTU yang sudah dinonaktifkan dalam dua dekade terakhir itu memiliki kapasitas total 460,64 gigawatt (GW).
(Baca: Kapasitas PLTU Batu Bara Indonesia Terbesar ke-5 di Dunia)
Selama periode 2000-semester I 2023, Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang paling banyak menonaktifkan PLTU, dengan kapasitas total 153,05 GW.
Di urutan selanjutnya ada Tiongkok, Inggris, Jerman, India, Kanada, Spanyol, Rusia, Australia, dan Polandia dengan rincian kapasitas PLTU yang dipensiunkan seperti terlihat pada grafik.
Kendati sudah menghentikan operasi banyak PLTU, beberapa negara dalam daftar ini masih memiliki PLTU aktif yang kapasitasnya tergolong paling besar secara global, yaitu Tiongkok, AS, Jerman, India, Rusia, dan Polandia.
Tiongkok dan India bahkan masih punya banyak proyek pembangunan PLTU baru dengan kapasitas jumbo.
Global Energy Monitor pun mengkritisi hal ini, lantaran pembangunan PLTU batu bara dinilai tidak sejalan dengan komitmen pengurangan emisi karbon yang tertuang dalam Perjanjian Paris.
"Pembangkit listrik berbasis batu bara adalah sumber emisi CO2 terbesar dari sektor energi secara global," kata tim Global Energy Monitor dalam laporan Boom and Bust Coal 2023.
"Demi mencapai tujuan Perjanjian Iklim Paris dalam membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius, mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik adalah langkah terpenting," lanjutnya.
(Baca: Proyek PLTU Baru Indonesia Terbesar ke-3 di Dunia)