Banyak negara berupaya melakukan transisi energi melalui pemanfaatan listrik tenaga surya. Menurut International Energy Agency (IEA), energi surya banyak diandalkan karena teknologi pembangkitnya relatif murah.
"Harga modul fotovoltaik sudah turun 80% selama satu dekade terakhir berkat inovasi berkelanjutan di seluruh rantai pasokan. Energi surya fotovoltaik telah menjadi teknologi pembangkit listrik yang paling terjangkau di banyak wilayah," kata IEA dalam laporan World Energy Outlook edisi Oktober 2022.
(Baca: Energi Surya Jadi Andalan Banyak Negara untuk Mitigasi Perubahan Iklim)
Namun, fenomena berbeda tampaknya terjadi di Indonesia. Sampai 2022, biaya pembangkitan listrik tenaga surya masih cenderung mahal.
Menurut Laporan Statistik PLN 2022, sampai akhir tahun lalu rata-rata biaya pembangkitan listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia adalah Rp1.034,52 per kilowatt-hour (kWh).
Sementara, rata-rata biaya pembangkitan listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya menggunakan bahan bakar batu bara, hanya Rp737,52 per kWh.
Rata-rata biaya pembangkitan listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) lebih murah lagi, yakni Rp143,97 per kWh. Padahal, PLTGU menggunakan sumber energi fosil, seperti solar industri (high speed diesel) atau gas bumi hasil kompresi (compressed natural gas).
Pembangkit listrik EBT jenis lain, seperti tenaga air (PLTA) dan tenaga panas bumi (PLTP) juga memiliki biaya pembangkitan yang tergolong murah, seperti terlihat pada grafik di atas.
Namun, kapasitas terpasang PLTA dan PLTP di Indonesia masih lebih kecil dibanding PLTU, PLTGU, dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggunakan energi fosil.
(Baca: Kapasitas Pembangkit Listrik PLN Tahun 2022, Mayoritas dari PLTU)
Adapun PLN terus berupaya mempercepat transisi energi dan membuat harganya terjangkau. Upaya ini salah satunya dilakukan lewat kerja sama dengan Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW), bank pembangunan asal Jerman.
Pada 1 Maret 2023, KfW menandatangani kesepakatan dukungan pembiayaan untuk PLN sebesar Rp10,7 triliun untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.
"Kerja sama dalam dekarbonisasi sektor energi akan menjadi salah satu bidang fokus utama KfW dalam beberapa dekade mendatang, kami berharap dukungan ini membuat PLN lebih fokus," kata Bernd Loewen, Kepala Bagian Keuangan KfW, dalam siaran pers di situs resmi PLN (1/3/2023).
"Kami mendukung Indonesia untuk mengembangkan sektor energi secara berkelanjutan dan ramah iklim, untuk mengamankan pasokan listrik jangka panjang dan hemat biaya untuk seluruh penduduk," kata Loewen lagi.
(Baca: PLN Gencar Naikkan Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap pada 2022)