Meski Proyeksi Ekonomi Melambat, Ekspor Indonesia Menguat Kuartal I 2023

Ekonomi & Makro
1
Adi Ahdiat 17/04/2023 13:50 WIB
Nilai Ekspor, Impor, dan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia per Kuartal I (2022-2023)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia sepanjang kuartal I 2023 mencapai USD 67,2 miliar, naik 1,6% dibanding kuartal I tahun lalu.

Sementara, nilai impor periode kuartal I 2023 mencapai USD 54,95 miliar, turun 3,28% dibanding kuartal I tahun sebelumnya.

Dengan nilai ekspor yang lebih tinggi dari impor, sepanjang kuartal I 2023 Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan USD 12,25 miliar, meningkat 31% dibanding surplus kuartal I 2022.

(Baca: Proyeksi Bank Dunia, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,9% pada 2023)

Kendati pada kuartal pertama tahun ini neraca dagang Indonesia menunjukkan tren penguatan, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia bakal melambat.

Dalam laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi April 2023, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dari 5,3% pada 2022 menjadi 4,9% pada 2023.

Menurut Bank Dunia, tahun ini negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, akan menghadapi tantangan berupa inflasisuku bunga tinggi, dan penurunan ekspor.

"Permintaan domestik diprediksi tetap menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama (di Asia Timur dan Pasifik), namun inflasi yang tinggi berpotensi meredam konsumsi sektor swasta," kata Bank Dunia.

"Pertumbuhan investasi swasta juga berpotensi tertahan oleh suku bunga yang tinggi serta ketidakpastian dari faktor ekonomi eksternal," lanjutnya.

Ramalan serupa datang dari International Monetary Fund (IMF). Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi April 2023, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dari 5,3% pada 2022 menjadi 5% pada 2023.

IMF juga menilai perekonomian global tahun ini masih menghadapi banyak tantangan. Menurut IMF, gejolak ekonomi yang terjadi pada 2022 akan berlanjut sepanjang tahun ini, hanya intensitasnya yang berbeda.

"Tingkat utang tetap tinggi, membatasi kemampuan pembuat kebijakan fiskal untuk menjawab tantangan baru. Harga komoditas, yang sempat meningkat tajam setelah invasi Rusia ke Ukraina, kini sudah dimoderasi, tapi perang terus berlanjut dan ketegangan geopolitik masih tinggi," kata IMF.

(Baca: Proyeksi IMF, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5% pada 2023)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua