Menurut laporan perusahaan real estat 99 Group, harga dan pasokan rumah bekas mengalami pertumbuhan pada Maret 2022.
Hal ini diukur dari Indeks Harga Penjualan Kembali (RPI) dan Indeks Pasokan Penjualan Kembali (RSI) yang dirancang 99 Group.
"RPI and RSI adalah indeks berbasis listing yang merefleksikan harga jual kembali rumah dan juga perubahan suplai," tulis 99 Group dalam laporannya.
"Data yang digunakan untuk mengkalkulasikan RPI dan RSI diambil dari database listing properti paling komprehensif dan paling besar di Indonesia, yaitu 99.co dan Rumah123.com," lanjut mereka.
Indeks Harga Penjualan Kembali (RPI) tercatat tumbuh 0,5% (month-on-month/mom) atau 3,1% (year-on-year/yoy) ke level 106,4 pada Maret 2022.
Menurut indeks ini, harga rumah bekas di 9 dari 13 kota mengalami kenaikan secara bulanan, dengan kenaikan bulanan tertinggi terjadi di Bogor sebesar 2,9% (mom).
Jika dilihat secara tahunan, kenaikan harga rumah bekas terjadi di 11 dari 13 kota, dengan kenaikan tahunan tertinggi terjadi Medan sebesar 8,5% (yoy). Adapun harga rumah bekas di Denpasar tercatat turun 1,3% (yoy), dan Makassar turun 0,7% (yoy) pada Maret 2022.
Sementara itu Indeks Pasokan Penjualan Kembali (RSI) yang mengukur suplai rumah bekas juga tumbuh pesat, yaitu naik 27,3% (yoy) ke level 121 pada periode sama.
Pada Maret 2022, Tangerang menjadi lokasi pencarian rumah bekas terpopuler di laman milik 99 Group. Diikuti oleh Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Bandung, dan Jakarta Utara.
Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan penyaluran kredit di sektor properti akan tumbuh antara 9% dan 11% pada tahun 2022.
Proyeksi pertumbuhan ini sebagiannya didukung oleh pemberlakuan kebijakan insentif berupa relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan uang muka (DP) pembelian rumah.
(Baca: Didukung Insentif PPN, Ini Pertumbuhan Emiten Properti Besar pada 2021)