Nilai tukar rupe dan rupiah memimpin pelemahan mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang tahun ini (YTD), mata uang India telah melemah lebih dari 10% terhadap dolar AS, terdalam dibanding mata uang Asia lainnya. Diikuti mata uang Indonesia yang terdepresiasi lebih dari 9% (YTD). Sementara mata uang utama Asia yang berhasil menguat terhadap dolar AS hanya yen Jepang seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar rupiah pada transaksi Selasa (4/9) ditutup di level Rp 14.935/dolar Amerika Serikat, yang berarti melemah 0,8% dibanding penutupan sehari sebelumnya. Terdalam dibanding mata uang Asia lainnya. Terdepresiasinya mata uang regional akibat ketidakpastian global menyeret rupiah hingga meembus level Rp 14.900/dolar Amerika. Sementara rupee India ditutup melemah 0,4% menjadi 71,49/dolar AS.
Terjadinya perang dagang antara Amerika dengan Tiongkok, menguatnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed memicu pelemahan mata uang Asia, termasuk rupiah. Ditambah lagi terjadinya krisis finansial di Argentina membuat para investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi dalam mata uang yang dianggap berisiko tinggi seperti di negara pasar berkembang seperti Indonesia. Meskipun secara fundamental makroekonomi Indonesia masih cukup solid. Ekonomi masih tumbuh di atas 5%, inflasi terkendali di 3,2%, suku bunga masih cukup menarik di 5,5%, serta cadangan devisa masih mampu untuk membiayai lebih dari 6 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.