Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang masih berpotensi menaikkan suku bunga acuannya seiring naiknya inflasi memunculkan ketidakpastian di pasar finansial global. Ditambah lagi munculnya ancaman perang dagang sehingga aset-aset bermata uang dolar AS menjadi incaran investor. Rupiah tidak luput terkena imbasnya sehingga bergerak cukup fluktuatif dan cenderung melemah hinga di atas Rp 14.000/dolar AS sejak 21 Juni 2018.
Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar rupiah di pasar spot pada perdagangan Kamis (12/7) ditutup di Rp 14.385/dolar AS. Bahkan, di pasar non-deliverable forward (ndf) untuk satu bulan ke depan nilai tukar rupiah telah ditransaksikan di Rp 14.438/dolar AS dan untuk kontrak tiga bulan ke depan telah mencapai Rp 14.574/dolar AS.
Terjadinya defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan membuat pasokan dolar AS di pasar domestik seret. Ditambah lagi para eksportir juga enggan melepas dolar AS-nya ke pasar karena takut rupiah akan kembali melemah. Ini yang membuat rupiah masih sulit untuk menguat dalam waktu dekat.