Berdasarkan data Food and Agricultural Organizatioan (FAO) indeks harga pangan dunia berada di level 159,29 pada Maret 2022. Artinya, indeks harga pangan tersebut telah naik 33,6% dalam setahun terakhir (year on year/yoy).
Indeks harga pangan dunia tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1990. Komponen indeks harga minyak nabati mengalami kenaikan sebesar 56,05% (yoy) ke level 248,6 pada Maret 20220. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan komponen indeks harga pangan dunia lainnya.
Indeks harga minyak nabati dunia berpontensi kembali naik seiring ditutupnya keran ekspor minyak sawit dan bahan minyak goreng Indonesia mulai 28 April 2022. Adanya larangan ekspor minyak sawit Indonesia akan mengurangi pasokan minyak nabati global.
Kekhawatiran tersebut berpeluang memicu kepanikan pasar komoditas pangan dunia, terutama minyak nabati. Seperti diketahui, Indonesia merupakan eksportir terbesar minyak kelapa sawit dunia. Di sisi lain, pasokan minyak nabati dari Ukraina mengalami gangguan seiring masih berlanjutkan perang yang terjadi di negara tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia mencapai 26,97 juta ton dengan nilai US$28,26 miliar sepanjang 2021.
Adapun minyak kelapa sawit Indonesia terbesar di ekspor ke Tiongkok, yakni mencapai 4,7 juta ton atau sekitar 17% dari total volume impor pada tahun lalu. Diikuti ke India dengan volume 3,03 juta ton(11%) , serta Pakistan 2,65 juta ton (9%).
(Baca: Waspada, Harga Pangan Dunia Sudah Naik 33,6% (yoy) per Maret 2022)