Perang antara Israel dan Hamas Palestina yang meletus sejak Oktober 2023 belum kunjung reda.
Kini, setelah 6 bulan konflik berkecamuk, situasi pun makin kisruh dengan masuknya Iran ke arena perang.
Sebelumnya, menurut laporan Al Jazeera, pada 1 April 2024 terjadi serangan udara ke gedung konsulat Iran di Suriah. Serangan ini menewaskan setidaknya 11 orang, salah satunya komandan angkatan bersenjata Iran.
Pemerintah Iran mengklaim serangan tersebut merupakan ulah Israel. Mereka lantas membalas dengan meluncurkan ratusan misil ke wilayah Israel pada 14 April 2024.
"Ini adalah pertama kalinya Iran menyerang Israel secara langsung, setelah hampir setengah abad menjadi musuh bebuyutan," kata Maziar Motamedi, jurnalis Al Jazeera yang bertugas di Iran (14/4/2024).
(Baca: Daftar Negara Pemasok Senjata untuk Israel, AS Teratas)
Dalam sedekade terakhir, Iran paling banyak memperoleh pasokan senjata dari Rusia dan China.
Menurut data yang dihimpun Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), selama periode 2010-2022 setidaknya ada 10 kontrak pengiriman senjata dari Rusia ke Iran yang dilaporkan secara publik.
Kemudian ada 7 kontrak pengiriman senjata dari China, dan 1 kontrak pengiriman dari Belarus.
Setiap kontrak itu berisi peralatan perang dengan jenis dan jumlah yang berbeda-beda.
Pada 2020 saja misalnya, ada 3 kontrak pengiriman senjata dari Rusia ke Iran yang totalnya berisi sekitar 13.000 unit misil.
Selain misil, Rusia juga tercatat mengirim alat pertahanan serangan udara, radar militer, dan kendaraan tempur ke Iran.
Kontrak pengiriman senjata dari China yang tercatat berupa misil dan kendaraan tempur. Kemudian dari Belarus, yang dikirim berupa radar militer.
SIPRI menghimpun data-data ini dari sumber yang bisa diakses publik, seperti keterangan resmi pemerintah, pemberitaan media massa, laporan lembaga internasional, serta laporan keuangan, siaran pers, atau publikasi resmi lain dari perusahaan senjata global.
(Baca: Penjualan Senjata Global Meningkat, Risiko Konflik Bertambah?)