Berbagai sektor industri kini membutuhkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan pemanfaatan mahadata (big data) untuk mengembangkan bisnisnya.
Hal ini terlihat dari laporan The Future of Jobs Report 2025 yang dirilis World Economic Forum (WEF).
(Baca: Dalam Bidang Tertentu, AI Lebih Cerdas dari Manusia)
WEF menyurvei sekitar 1.000 orang pemimpin bisnis global yang tersebar di 55 negara, termasuk Indonesia.
Para responden survei ini berasal dari 22 sektor industri, dan secara kumulatif mempekerjakan sekitar 14 juta orang karyawan.
Secara umum, ada 45% responden yang menganggap AI dan big data sebagai kekuatan utama yang dibutuhkan bisnis mereka.
Jika dipecah per sektor industri, kebutuhan AI dan big data paling banyak berasal dari industri otomotif dan dirgantara (automotive and aerospace), serta industri telekomunikasi.
Sebanyak 100% responden dari sektor-sektor tersebut menilai perusahaan mereka akan semakin membutuhkan AI dan big data selama periode 2025-2030.
Hal serupa banyak dinyatakan responden dari sektor jasa profesional, teknologi informasi, manajemen asuransi dan pensiun, serta jasa keuangan dan pasar modal.
Berikutnya ada sektor manajemen rantai pasok dan transportasi, kesehatan, energi dan utilitas, serta sektor pemerintahan dan pelayanan publik seperti terlihat pada grafik.
"Di 10 industri teratas ini, lebih dari 90% responden memperkirakan keterampilan AI dan big data akan semakin banyak digunakan," kata WEF dalam laporannya.
(Baca: Bukan AI, Ini Kemampuan Karyawan yang Diutamakan Perusahaan Global)