Ada banyak perusahaan yang ingin mengembangkan bisnis menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Namun, mayoritas perusahaan masih menganggap kemampuan non-teknis atau soft skill karyawannya sebagai kekuatan utama.
Hal ini terlihat dari laporan The Future of Jobs Report 2025 yang dirilis World Economic Forum (WEF).
(Baca: Dalam Bidang Tertentu, AI Lebih Cerdas dari Manusia)
WEF menyurvei sekitar 1.000 orang pemimpin bisnis global yang tersebar di 55 negara, termasuk Indonesia.
Para responden survei ini berasal dari 22 sektor industri, dan secara kumulatif mempekerjakan sekitar 14 juta orang karyawan.
Sebanyak 69% responden menyatakan, kemampuan utama yang penting dimiliki karyawan mereka adalah berpikir analitis.
Kemampuan lain yang diutamakan adalah beradaptasi dengan tantangan (resilience, flexibility, agility), kepemimpinan, berpikir kreatif, dan punya motivasi kuat.
"Lima kemampuan teratas ini menekankan bahwa responden mementingkan tenaga kerja yang tangkas, inovatif, dan kolaboratif," kata WEF dalam laporannya.
Sedangkan kemampuan teknis di bidang AI dan big data dianggap penting oleh 45% responden, masuk urutan ke-11 seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Ini Pekerjaan yang Bisa Digantikan AI menurut Pegawai Startup)