Perusahaan makanan cepat saji asal Amerika Serikat McDonald's mengumumkan pada Selasa (8/3) bahwa mereka akan menutup seluruh gerainya di Rusia.
Penutupan gerai ini dilakukan untuk sementara waktu, sebagai bentuk protes atas invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
McDonald’s tercatat memiliki sekitar 850 gerai di Rusia yang sebagian besarnya dimiliki langsung oleh perusahaan. Penutupan semua gerai itu akan berimbas pada terhentinya pekerjaan sekitar 62 ribu pegawai McDonald's di Rusia.
Kendati begitu, perusahaan menyatakan akan mengupah semua karyawannya selama jeda operasional, tetap membayar sewa lokasi, serta biaya-biaya lain yang diperlukan.
McDonald’s memperkirakan kebijakan ini akan merugikan perusahaan sekitar US$50 juta per bulan, sampai restorannya dibuka kembali pada waktu yang belum ditentukan.
Hal ini akan berpengaruh pula pada turunnya laba bersih McDonald's di periode 2022. Bahkan sebelum melakukan aksi penutupan di Rusia, laba bersih McDonald's sudah mengalami tren penurunan sepanjang 2021.
Dari periode kuartal I ke kuartal II 2021 laba bersihnya sempat meningkat. Namun, di kuartal-kuartal selanjutnya trennya menurun seperti terlihat pada grafik, hingga laba bersihnya berada di level US$1,64 miliar per kuartal IV 2021.
Selain menghentikan operasi di Rusia, McDonald’s juga telah menutup 108 gerai di Ukraina untuk sementara waktu. Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang sekitar 9% dari total pendapatan dan 3% dari pendapatan operasional McDonald’s.
(Baca Juga: 61% Cadangan Devisa Rusia Beku akibat Sanksi Global)