Meski terjadi fluktuasi bulanan, secara umum nilai ekspor dan impor Indonesia terus menguat sejak awal pandemi sampai akhir 2022, seperti terlihat pada grafik.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Desember 2022 nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,83 miliar.
Capaian tersebut turun 2,73% (month-on-month/mom) dibanding November 2022. Namun, jika dibanding Desember 2021 angkanya meningkat 6,58% (year-on-year/yoy).
Adapun nilai impor pada Desember 2022 mencapai US$19,94 miliar, meningkat 5,16% dibanding sebulan sebelumnya (mom), tapi turun 5,23% (yoy) dibanding Desember 2021.
(Baca: Meski Nilai Ekspornya Naik, 3 Sektor Industri Ini Terancam PHK Massal)
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-Desember 2022 mencapai US$291,98 miliar, meningkat 26,07% dibanding 2021 serta lebih tinggi 78,92% dibanding 2020.
Kemudian nilai impor sepanjang 2022 mencapai US$237,52 miliar, naik 21,07% dibanding 2021, serta tumbuh 67,78% dibanding 2020.
Dengan nilai ekspor yang lebih tinggi dari impor, sepanjang 2022 Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan US$54,46 miliar. Surplus ini juga naik sekitar 53% dibanding 2021, serta tumbuh 152% dibanding 2020.
Namun, kendati perdagangan luar negeri Indonesia menunjukkan tren penguatan sejak awal pandemi, Bank Dunia memprediksi kinerjanya akan melemah pada tahun ini karena turunnya permintaan ekspor.
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Desember 2022, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melemah dari 5,2% pada 2022 menjadi 4,8% pada 2023.
"Permintaan global yang melemah dapat merugikan kinerja ekspor Indonesia dan mengurangi aliran investasi asing. Pengetatan moneter global juga dapat memicu keluarnya arus modal yang lebih besar, serta depresiasi rupiah yang kemudian memicu inflasi," kata Bank Dunia dalam laporan tersebut.
(Baca: Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Melemah pada 2023)