Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor Indonesia pada Maret 2023 mencapai USD 23,5 miliar.
Angka tersebut menguat 9,89% dibanding Februari 2023 (month-on-month/mom). Tapi, nilainya masih lebih rendah 11,3% dibanding Maret tahun lalu (year-on-year/yoy).
Hal serupa terjadi pada impor Indonesia yang nilainya meningkat 29,3% secara bulanan (mom) menjadi USD 20,6 miliar, tapi turun 6,26% secara tahunan (yoy).
Adapun jika dilihat secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia sepanjang kuartal I 2023 mencapai USD 67,2 miliar, naik 1,6% dibanding kuartal I tahun lalu.
Sementara, nilai impor kuartal I 2023 mencapai USD 54,95 miliar, turun 3,28% dibanding kuartal I tahun sebelumnya.
Dengan nilai ekspor yang lebih tinggi dari impor, sepanjang kuartal I 2023 Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan USD 12,25 miliar, meningkat 31% dibanding surplus kuartal I 2022.
Kendati di kuartal pertama tahun ini neraca dagang Indonesia menunjukkan tren penguatan, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia akan melambat.
Dalam laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi April 2023, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal turun dari 5,3% pada 2022 menjadi 4,9% pada 2023.
Menurut Bank Dunia, tahun ini negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, akan menghadapi tantangan berupa inflasi, suku bunga tinggi, dan penurunan ekspor.
"Permintaan domestik diprediksi tetap menjadi faktor pendorong pertumbuhan utama (di Asia Timur dan Pasifik), namun inflasi yang tinggi berpotensi meredam konsumsi sektor swasta," kata Bank Dunia.
"Pertumbuhan investasi swasta juga berpotensi tertahan oleh suku bunga yang tinggi serta ketidakpastian dari faktor ekonomi eksternal," lanjutnya.
(Baca: Proyeksi Bank Dunia, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,9% pada 2023)