Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus US$2,48 miliar pada Oktober 2024.
Surplus tersebut turun 23,38% dibanding September 2024 (month-to-month/mtm). Begitupun secara tahunan, menyusut 28,70% dibanding Oktober tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 54 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasari dalam konferensi pers, Jumat (15/11/2024).
Pada Oktober 2024 neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas dengan surplus US$4,80 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja.
Namun, surplus tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas sebesar US$2,32 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Adapun surplus neraca dagang Indonesia pada Oktober 2024 paling banyak berasal dari transaksi dengan India, yaitu senilai US$1,55 miliar. Lalu Amerika Serikat menyumbang surplus US$1,52 miliar, dan Filipina US$797,4 juta.
Di sisi lain, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China sebesar US$765,6 juta. Kemudian Brasil menyumbang defisit US$387,9 juta dan Thailand US$336,8 juta.
Secara kumulatif, selama Januari—Oktober 2024 sektor migas mengalami defisit US$17,39 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$41,82 miliar. Dengan demikian, selama sepuluh bulan ini neraca dagang Indonesia surplus US$24,43 miliar.
(Baca: 10 Negara dengan Kontribusi Impor Terbesar ke RI per Agustus 2024)