PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencetak laba bersih sekitar Rp1,1 triliun pada 2022.
Laba tersebut turun 12% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), namun masih cukup tinggi dibanding periode 2019-2020 seperti terlihat pada grafik.
Kendati labanya turun, tahun ini Sido Muncul menjadi pendatang baru dalam indeks LQ45 periode Februari-Juli 2023.
LQ45 adalah daftar 45 emiten terpilih versi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang performanya dinilai baik berdasarkan kriteria tertentu, seperti memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas tinggi.
Pada 2022 perusahaan jamu dan farmasi ini memiliki liabilitas atau utang jangka pendek Rp541 miliar, turun dibanding 2021 yang masih Rp543 miliar.
Kemudian utang jangka panjangnya turun dari Rp54,4 miliar menjadi Rp34,9 miliar. Sementara ekuitasnya naik dari Rp3,47 triliun menjadi Rp3,51 triliun sampai akhir 2022.
Adapun pada 2023 Sido Muncul menganggarkan Rp200 miliar untuk belanja modal dan ekspansi bisnis.
"Kami berencana menambah lahan tanah di sekitaran area pabrik kami, untuk ekspansi pabrik di kemudian hari," kata manajemen Sido Muncul dalam siaran persnya (13/3/2023).
"Kami juga menganggarkan budget untuk penyelesaian beberapa project dan ekspansi fasilitas produksi yang telah berjalan dari tahun lalu," lanjutnya.
Tahun ini Sido Muncul juga akan membagikan dividen tunai dengan nilai total Rp1,09 triliun, atau Rp36,5 per saham. Rasio pembayaran dividennya mencapai 99% dari laba bersih perseroan tahun 2022.
Hal tersebut sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Sido Muncul yang digelar pada Rabu (29/3/2023).
(Baca: Tanaman Obat dan Rempah RI Laku Triliunan Rupiah di Pasar Global)